25 Mei 2009

RAHAYUNINGSIH, M.Pd

MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA

( Cerdas dan Berpribadi Kuat )

PENDAHULUAN

Pada prinsipnya pendidikan merupakan bentuk kesadaran masyarakat yang ingin meningkatkan peradabannya, sehingga mereka menguasai ilmu pengetahuan dan mempunyai jati diri. Manusia berusaha meningkatkatkan derajad, harkat dan martabatnya melalui pendidikan. Pendidikan bukan sekedar pengajaran atau tindakan mengajar, tetapi jauh melampaui aksi mengajar belaka.

Agar pendidikan berlangsung efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan, maka diperlukan bantuan dari ilmu-ilmu lain yang salah satunya adalah filsafat pendidikan. Menurut Noeng Muhadjir, ada tiga model konstruk tentatif filsafat pendidikan yang dapat diimplementaskan dalam pendidikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia.

1. Pendidikan untuk pengembangan kepribadian

Pendidikan ditujukan untuk membantu proses perkembangan individualitas anak, berkembang menjadi pribadi dengan watak meta motif sukses dan bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakatnya.

2. Pendidikan untuk Pengembangan Ilmu dan Teknologi

Pendidikan ditujukan untuk menumbuhkan kreatifitas berilmu pengetahuan.

3. Pendidikan Pragmatik dengan Meta Etik.

Pendidikan yang mementingkan terbangunnya kemampuan produktif.

Sudah semestinya ketiga model konstruk tentatif filsafat pendidikan tersebut tidak hanya terpampang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional tapi harus direalisasikan dalam proses pembelajaran yang nyata sehingga cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya bisa terwujud.

PEMBAHASAN

Manusia akan mempunyai kepribadian yang utuh, kemandirian sekaligus menjalin hubungan dengan sesama manusia dan alam semesta apabila dia telah memiliki pengetahuan, nilai, ketrampilan hidup dan berbagai tradisi budaya yang telah terintegrasi dalam pribadinya selama proses pendidikan.

a. Hakekat Manusia "Seutuhnya"

Menurut Suparlan Suhartono ( 2006 : 51-60 ), secara garis besar hakikat manusia dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain :

1) Manusia makhluk berpengetahuan

2) Manusia makhluk berkebudayaan

3) Manusia makhluk berpendidikan.

Notonagoro (1984) mengemukakan, hakekat manusia adalah monopluralis (pandangan bangsa Indonesia) yang terdiri dari:

1) Susunan kodrat, pada hakekatnya manusia terdiri dari jiwa dan raga.

2) Sifat kodrat, hakekat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

3) Kedudukan kodrat, manusia adalah sebagai pribadi dan sebagai makhluk ciptaan Allah.

Untuk membentuk manusia yang berkualitas atau "utuh" diperlukan pemahaman tentang konsep dan tujuan pendidikan bagi manusia. Pendidikan mempunyai sifat menyeluruh, artinya tidak fragmentaris. Dalam perpaduan integral, manusia tumbuh memadukan seluruh unsure pembentukan kepribadiannya. Manusia harus mampu mengembangkan dan mempertajam pikirannya, menyuburkan dan membuat semakin peka perasaannya, serta harus melatih berbagai ketrampilan dalam mengambil keputusan untuk bertindak. Ketiga kekuatan jiwa ini sangat penting dalam membentuk manusia yang utuh.

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional

Saat ini kita telah memiliki perangkat perundang-undangan yang cukup baik, dan bisa dijadikan acuan dasar bagi pelaksanaan pendidikan nasional, di antaranya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Bahkan, kita juga sudah memiliki payung hukum untuk meningkatkan profesionalisme, kompetensi serta kesejahteraan para pendidik kita, yakni UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pngertian pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut.

"Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara."

3 komentar:

  1. Tanpa mengurangi rasa hormat atas kepakaran Yang Mulia Ibu Rahayuningsih, MPd.
    Bahwa manusia seutuhnya adalah Cerdas dan Berpribadi Kuat, saya tidak setuju. Sebab yang berpribadi kuat belum tentu menjadi manusia seutuhnya. Karena apa, Karena kepribadian kuat yang dimiliki seseoprang belum tentu menjadikan manusia tersebut bermanfaat secara positif bagi masyarakat. Kita ambil contoh kejadian di masyarakat. Seorang penodong kalau tidak kuat pribadinya dia tidak akan berani melakukan tindakan tersebut. Demikian pula seseorang berani melakukan mutilasi sampai berkali-kali (kasus Ryan) misalnya kalau tak punya kepribadian yang kuat dia tidak akan mampu untuk melakukan tindakkan biadap tersebut.
    Oleh karena itu aku lebih condong atau setuju kalau manusia seutuhbya itu adalah CERDAS DAN BERAHKLAQ MULIA, BERBUDI PEKERTI YANG BAIK.
    Kalau dipaksakan Cerdas dan Berkepribadian Kuat Indonesia kita ini tidak akan pernah lepas dari kuropttor dan penjarah Uang rakyat lainnya. Mereka itu Kepribadiannya sangat kuat. TEGANAN (bahasa Jawa)

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas tanggapan sdr tentang tulisan tersebut. Saya paham kalau sdr tidak setuju bahwa manusia seutuhnya adalah cerdas dan berpribadi kuat karena pertama, artikel saya tentang manusia seutuhnya memang belum selesai (jadi belum terbaca tuntas), kedua, belum diungkapkan secara detail apa dan bagaimanakah manusia cerdas dan berpribadi kuat tersebut dari berbagai sudut pandang.
    Secara garis besar, manusia cerdas (smart people) adalah menguasai IPTEK, sedang manusia berpribadi kuat (good people) adalah seperti pendapat saudara, yaitu yang berakhlaq mulia, yakni manusia yang menjadi pribadi yang kaffah dengan watak meta-motif sukses, sehingga bisa menjadi pribadi yang bertanggungjawab terhadap kehidupan yang ber amar ma'ruf nahi munkar.
    Cerdas saja memang tidak cukup untuk membangun bangsa ini, untuk itu dibutuhkan pribadi yang utuh seperti yang telah dikemukakan di atas.
    Kalau ada manusia yang masih melakukan hal-hal tercela yang merugikan manusia lain dan masyarakat, maka dia masih harus terus memperkuat pribadinya. Terimakasih, semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  3. Terimakasih atas tanggapan sdr tentang tulisan tersebut. Saya paham kalau sdr tidak setuju bahwa manusia seutuhnya adalah cerdas dan berpribadi kuat karena pertama, artikel saya tentang manusia seutuhnya memang belum selesai (jadi belum terbaca tuntas), kedua, belum diungkapkan secara detail apa dan bagaimanakah manusia cerdas dan berpribadi kuat tersebut dari berbagai sudut pandang.
    Secara garis besar, manusia cerdas (smart people) adalah menguasai IPTEK, sedang manusia berpribadi kuat (good people) adalah seperti pendapat saudara, yaitu yang berakhlaq mulia, yakni manusia yang menjadi pribadi yang kaffah dengan watak meta-motif sukses, sehingga bisa menjadi pribadi yang bertanggungjawab terhadap kehidupan yang ber amar ma'ruf nahi munkar.
    Cerdas saja memang tidak cukup untuk membangun bangsa ini, untuk itu dibutuhkan pribadi yang utuh seperti yang telah dikemukakan di atas.
    Kalau ada manusia yang masih melakukan hal-hal tercela yang merugikan manusia lain dan masyarakat, maka dia masih harus terus memperkuat pribadinya. Terimakasih, semoga bermanfaat.

    BalasHapus