22 Mei 2009

Rahayuningsih, M.Pd :

RUH PENDIDIKAN

 DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

 

 

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945 adalah "mencerdaskan kehidupan bangsa". Tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam beberapa UU Sisdiknas, dari UU Nomor 4 tahun 1950  sampai dengan Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 yang pada intinya berusaha membentuk manusia yang berpribadi utuh.

Untuk membentuk manusia yang "utuh" diperlukan pemahaman tentang konsep dan tujuan pendidikan bagi manusia serta essensi atau hakekat "ruh" pendidikan yang merupakan  bagian terpenting dari proses pendidikan.

 

PEMBAHASAN

A.      HAKEKAT MANUSIA DAN TUJUAN  PENDIDIKAN.

Pendidikan merupakan masalah substansial dalam kehidupan manusia. Artinya antara pendidikan dan manusia adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling menentukan.

Menurut Imam Barnadib (2002: 06), manusia adalah makhluk monodualis dan mono-multidimensional. Monodualis artinya manusia terdiri atas jiwa dan raga yang keduaya tidak terpisah satu sama lain, keduanya saling menunjang dan saling berhuungan, masing-masing juga mempunyai sifat saling ketergantungan. Sementara,yang dimaksud mono-multidimendional adalah manusia pada hakekatnya terdiri atas berbagai komponen, jiwa-raga, tampak dan tidak tampak, serta mempunyai sifat yang bermacam-macam. Namun semua itu menyatu dalam suatu ikatan sehingga pada hakekatnya manusia mempunyai pribadi yang utuh dan tunggal.

Dengan demikian, seluruh upaya manusia pada dasarnya adalah diorientasikan untuk mengkaselerasi pencapaian terhadap keutuhan hakekat pribadi inidvidu peserta didik kaitannya dengan peran-peran terhadap lingungannya, baik pada skala keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Pendidikan harus mampu membawa manusia ke arah kehidupan yang lebih baik. Menurut Noeng Muhadjir, pendidikan dikatakan normatif lebih baik apabila mampu memperkuat  kepribadian manusia, meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan produktiitasf.

Kepribadian berkaitan dengan karakter manusia sebagai makhluk ciptaan Allah dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Sedangkan IPTEK dan produktifitas tidak boleh lepas dari kepribadian bangsa Indonesia dan semestinya mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial.

Ada beberapa  pemikiran para ahli tentang hakekat pendidikan. Dari beberapa pemikiran tersebut dapat disimpulkan lima prinsip pokok hakekat pendidikan.

a.      Proses transformasi dan internalisasi.

b.      Ilmu pengetahuan dan nilai-nilai.

c.         Pada diri anak didik.

d.      Pendidikan berhubungan dengan menumbuhkan dan mengembangkan potensi fitrah manusia.

e.      Pendidikan berguna untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspek kehidupan manusia.

Dari hakekat pendidikan tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan masalah substansial dalam kehidupan manusia. Artinya antara pendidikan dan manusia adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling menentukan.

 

B.     RUH PENDIDIKAN DALAM TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan hidup manusia di dalam segala aspeknya ( Tilaar, 2004: 1). Dalam membicarakan mengenai ruh pendidikan tidak bisa terlepas dari hakekat asal usul dan tujuan kehidupan manusia. Hakekat asal mula kehidupan hanya satu, bersifat universal karena itu bersifat absolute dan tidak mengalami perubahan. Hakekat asal mula dan tujuan kehidupan ini berawal dari causa prima ( Tuhan, sebagai sebab pertama yang tidak disebabkan oleh sebab lain ) dan pada akhirnya kembali kepada causa prima ( Tuhan ) pula.

Pendidikan di Indonesia ditujukan untuk membentuk manusia Indonesia yang cerdas, terdidik dan berbudaya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Atau dengan kata lain, pendidikan ditujukan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Ini berarti pendidikan tidak boleh hanya menyentuh aspek kecerdasan dalam arti pemahaman terhadap perkembangan ilmu   pengetahuan   dan teknologi serta produktifitas, tetapi harus diarahkan pada pembentukan manusia yang berkepribadian, manusia yang memiliki harkat dan martabat, yang bisa menyerap dan  menerapkan berbagai nilai dan norma  dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Untuk mencapai hal tersebut kita harus memahami essensi dari ruh pendidikan sebagai bagian integral dalam pendidikan yang tidak dapat dipisahkan. Ruh pendidikan adalah bagian terpenting dari proses pendidikan. Tanpa ruh, pendidikan tidak akan mempunyai makna bagi kehidupan manusia.

 

C.     PENDIDIKAN NASIONAL JANGAN SAMPAI KEHILANGAN RUH-NYA

Tujuan pendidikan dan ruh pendidikan mempunyai kaitan yang sangat erat. Pendidikan ada karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang berpengetahuan, berpendidikan dan berkebudayaan. Setiap kegiatan hidup manusia selalu mempunyai arti dan fungsi pendidikan. Dengan pendidikan dan pengajaran, manusia akan dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia cerdas, memahami ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia yang berbudaya, yang paham akan jati dirinya, yang bertanggungjawab pada diri pribadi, masyarakat dan bangsanya serta mampu menyerap dan menerapkan berbagai nilai demi kesejahteraan kehidupan umat manusia.              

Dan sesungguhnya nilai – nilai itulah yang merupakan ruh dari pendidikan. Dengan adanya ruh, pendidikan dapat bernafas dengan wajar. Dengan ruh, pendidikan akan penuh dengan vitalitas. Sebaliknya tanpa ruh, pendidikan hanya akan menjadi sesuatu yang tidak bermakna bagi kehidupan, yang tidak akan dapat membawa manusia pada tujuan akhir kehidupan manusia, yaitu pada Allah Sang Pencipta alam semesta. Karena sesungguhnya inti terdalam dari ruh pendidikan adalah membawa manusia pada Penciptanya, causa prima, yaitu Allah yang Maha Kuasa. 

 

PENUTUP

Dari uraian di atas, maka hendaknya pendidikan nasional Indonesia jangan sampai sehilangan Ruh-nya. Pendidikan di Indonesia dalam tujuan dan proses pencapaian tujuan harus benar-benar bisa menciptakan manusia yang utuh dalam segala aspek, baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tangguh dalam kepribadian dan produktif.


2 komentar:

  1. Untuk Yang terhormat Ibu Rahayuningsih, M.Pd :
    Saya sangat setuju bahwa antara pendidikan dan manusia adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling menentukan.
    Pertanyaannya adalah :
    Apakah yang menjadi tolok ukur dari suatu keberhasilan pendidikkan ?
    Dapatkah Keberhasilan suatu pendidikan dapat diukur dari out putnya !? Fakta bahwa banyak orang yang mengerti masalah hukum, ekonomi, kemanusiaan dan kaidah-kaidah keilmuan lainnya yang nota bene merupakan produk dari suatu lembaga pendidikan, justru menerjang tatanan norma-norma yang berlaku, ujung-ujungnya bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Seperti Korupsi, kolusi dan nepotisme.
    Apakah proses dari suatu pendidikkan itu akan menjiwai dari out put pendidikan?
    Kalo kita mau merunut kebelakang dengan apa yang kita alami selama mengikuti proses pendidikan formal tentunya setiap nara sumber (guru atau dosen) masing-masing memiliki keunikan dan karakter tersendiri dalam proses pendidikan. Seberapa jauh Pengaruhnya terhadap out put pendidikan ?
    .................
    Mohon di jawab, Terima kasi sebelumnya.

    BalasHapus
  2. Terimakasih untuk tanggapan dari Sdr Abadi ....
    Pendidikan dikatakan berhasil apabila mampu memberikan kontribusi pada masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Alloh SWT (pride & dignity).
    Ada keterkaitan yang erat input proses-output-outcome pendidika. Masing-masing saling mempengaruhi dan tidak bisaberdiri sendiri dalam mencapai tujuan pendidikan baik yang bersifat means maupun ends.
    Kalau ada oknum-oknum seperti yang sdr sebutkan, maka berarti masih ada "mising" dalam sistem pendidikan, khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan. Mestinya pendidikan tidak hanya menjangkau aspek kognitif (menguasai IPTEK). tetapi juga harus menjangkau aspek afektif (berpribadi kuat / utuh/kaffah) dan psikomotorik (produktif).
    Guru / Dosen jelas sangat mempengaruhi hasil peserta didik,khususnya dalam pendidikan formal. Untuk itu semestinya guru bisa menjadi "roll play" bagi peserta didiknya dalam bersikap dan bertingkah laku. Karena guru bukan hanya pengajar, tetapi sekaligus pendidik dan pembimbing bagi peserta didiknya. Terimakasih.

    BalasHapus